Mengenai Saya

Foto saya
Aktif, Imajinatif, simple, jujur, namun sulit percaya dengan orang lain. saya humble untuk orang orang yg sudah mengenal saya. sedikit sulit bergaul dengan lingkungan baru. saya selalu percaya Tuhan selalu menyediakan apa yang saya butuhkan Tepat Pada Waktunya. meskipun hidup ini kejam, tapi roda kehidupan selalu berputar.

Pelanggaran Etika Bisnis

Etika merupakan pemikiran kritis yang mendasar mengenai ajaran-ajaran moral, tapi selama ini banyak orang menyamakan etika dengan moral. Franz Magnis-Suseno menyebutkan bahwa Moral adalah wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, serta kumpulan peraturan dan ketetapan lisan maupun tulisan, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Oleh karena itu etika harus dibedakan dengan ajaran moral.
Ajaran moral mentapkan bagaimana manusia harus hidup, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak. Sedangkan etika membantu seseorang untuk mengerti mengapa ia harus mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana ia dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Dengan kata lain etika menuntut agar seseorang melakukan sesuatu sesuai dengan ajaran moral karena ia sendiri tahu dan sadar bahwa hal itu memang baik bagi dirinya sendiri dan orang lain. Ia sadar secara kritis dan rasional bahwa ia memang sepantasnya seperti itu.
Lalu apa yang dimaksud dengan etika bisnis? Bertens menyatakan bahwa etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Apa yang dilakukan manusia selalu berkaitan dengan seperti apa moral yang ia miliki, dan kegiatan bisnis merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia. Bisnis seharusnya dimulai dari sudut pandang moral, sama seperti kegiatan manusia yang lainnya yang dinilai dari sudut pandang moral. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan alat bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis mereka dengan lebih bertanggung jawab secara moral.
Bisnis merupakan kegiatan ekonomis. Hal-hal yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar, jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan, serta interaksi manusiawi lainnya, dengan tujuan memperoleh keuntungan. Lalu apa hubungan antara Etika bisnis dan tujuan memperoleh keuntungan dengan melakukan kegiatan bisnis? Etika  bisnis sanagat diperlukan dan harus digunakan para pelaku bisnis untuk menjaga kredibilitas dan kualitas bisnisnya.
Beberapa kasus pelanggaran etika bisnis kerap terjadi dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Sebagai bagai contoh adalah kejadian beberapa tahun lalu yang melibatkan dua perusahaan komunikasi yang terlibat dalam perang iklan. Telkomsel dan XL merupakan dua perusahaan penyedia jasa komunikasi ternama di Indonesia. perang iklan ini berawal ketika XL mempublikasikan iklan dimana Sule (pelawak) yang sedang naik daun beradu peran dengan Baim (artis cilik) dan Putri Titian. Ketiga public figure ini bermain dalam iklan yang ingin menyampaikan bahwa Tarif XL lebih murah jika didibandingkan dengan tarif Telkomsel. dalam iklan itu Baim disuruh Sule untuk bilang, “Om Sule ganteng”. Tapi dengan kepolosan dan kejujuran (yang tentu saja sudah direkayasa sutradara) si Baim ngomong, “om Sule jelek”. Setelah itu, Sule kembali menyuruh Baim bilang “om Sule ganteng”, tapi kali ini Sule membujuk baim dengan cara memberikan es krim. Tapi tetap saja si Baim ngomong, “om Sule jelek”. Diakhir iklan, XL membuat selogan, “sejujur Baim, sejujur XL”. Iklan ini langsung dibalas dengan Telkomsel dengan meluncurkan iklan kartu AS. Awalnya, bintang iklannya bukan Sule, tapi diiklan tersebut sudah membalas iklan XL tersebut dengan kata kata yang kurang lebih berbunyi seperti ini, “makanya jangan mau diboongin anak kecil..!!” Tidak cukup sampai di situ, Kartu AS meluncurkan bintang baru dengan iklan Sule. Di Iklan tersebut, Sule menyatakan bahwa dia sudah tobat. Sule sekarang memakai kartu AS yang kataya mrahnya dari awal, jujur. Sule juga berkata bahwa dia kapok dibohongi anak kacil sambil tertawa dengan nada mengejek. Perang iklan antar operator sebenarnya sudah lama terjadi. namun kasus antara TELKOMSEL dan XL ini tergolong parah. Biasanya tidak ada perang iklan yang sampai saling bajak Artis. Dalam perang ini bintang iklan XL, Sule, pindah ke produk competitor dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan. Dan parahnya lagi pada kasus ini, saat iklan XL masih diputar di televisi, sudah ada iklan lain yang “menjatuhkan” dengan menggunakan bintang iklan yang sama.
Menurut saya bukanlah hal bermanfaat yang dilakukan oleh kedua operator tersebut, justru mungkin akan banyak konsumen hanya tertawa melihat iklan-iklan tersebut dan yang paling ekstrim mungkin akan meninggalkan loyalitas mereka terhadap produk tersebut. Karena apa ? karena perilaku iklan-iklan tersebut seperti perang, terus saling menyerang produk lawan tapi bukan terus memperbaiki kualitas produk mereka masing-masing.
Ternyata iklan yang melanggar etika bisnis yang dilakukan oleh dua operator telekomunikasi di atas bukanlah saat-saat ini saja, mungkin masih ada yang masih ingat iklan operator telekomunikasi XL yang bercerita tentang seorang pria yang menikah dengan monyet dan kambing. Sangatlah mengiris hati, konsumenlah yang direndahkan dalam iklan tersebut. Iklan XL tersebut di nilai memperolok dan merendahkan martabat manusia, bahkan beberapa pihak seperti BRTI( Badan Regulasti Telekomunikasi Indonesia) menyatakan bahwa iklan tersebut kebablasan.
Dalam menjaga dan mempertahankan loyalitas pelanggan, tidak perlu sampai menjelek-jelekan produk lain. Karena itu hanya menjadi nilai minus produk kita dan mungkin saja dinilai konsumen telah gagal dalam persaingan. Perang tarifpun tudak perlu terjadi begitu ekstrim, karna faktanya dengan terjadinya perang tarif otomatis terjadi penekanan biaya dalam perusahaan tersebut. Dan faktanya itu justru mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan. Hal terbaik yang dapat dilakuakna adalah meningkatkan terus kualiatas bisnis dan pelayanan. Dengan adanya kepuasan konsumen, maka dengan sendirinya cerita dari mulut konsumen akan sangat membantu proses kelangsungan bisnis bahkan pertumbuhan bisnis. Sering kali harga yang mahal pun tidak menjadi soal atau factor yang signifikan terhadap kepuasan konsumen jika pelayanan yang diberikan kepada konsumen sebanding dengan harga yang harus dibayar.
Sumber sumber

0 komentar:

Posting Komentar