Mengenai Saya

Foto saya
Aktif, Imajinatif, simple, jujur, namun sulit percaya dengan orang lain. saya humble untuk orang orang yg sudah mengenal saya. sedikit sulit bergaul dengan lingkungan baru. saya selalu percaya Tuhan selalu menyediakan apa yang saya butuhkan Tepat Pada Waktunya. meskipun hidup ini kejam, tapi roda kehidupan selalu berputar.

Resto Taman (Memories of Last Family Lunch)

     Hari itu tidak akan pernah bisa saya lupakan. Hari dimana menjadi yang terakhir kalinya saya makan bersama di luar rumah. Dengan suasana sederhana dan asri, saya, kakak, papa, dan mama duduk lesehan di sebuah resto tepi danau. suasana yang sangat bahagia sungguh sangat saya rasakan. Kami merayakan anniversary papa dan mama yang ke 23 tahun. Perayaan yang menjadi anniversary terakhir untuk papa dan mama.
      Cerita ini menjadi sangat menyakitkan untuk saya tulis. Tapi, menjadi sangat indah untuk saya kenang dan abadikan dalam ukiran-ukiran kata. Resto Taman, nama yang terpampang sedang digapura mini sebelah kasir. Resto itu ada di kawasan Poris, Tangerang. Tempat yang lumayan ramai pengunjung, bahkan saat itu kami kesulitan untuk mendapatkan tempat parkir. Makanan yang disajikan sederhana, harganyapun tidak terlalu mahal. Sesuai dengan namanya, Resto Taman diseting dengan tampilan lesehan, asri dan nyaman. Ada danau dan tambak ikan di tepi saung tempat kami duduk.
        Sejenak sambil menunggu dilayani, kami berfoto bersama. Kakak dengan gayanya yang centil foto-foto sendiri bak foto model. Papa dan mama yang melihat tingkahnya tertawa dan mengejeknya. Tapi seperti tidak tau malu, ia mengajak papa dan mama berfoto bersama. Saya yang saat itu sedang asik dengan handphone ikut ia foto juga. Tak lama kemudian pelayan pun datang dan memberikan kami menu makanan.
        Papa memesan Ikan bawal dan ikan kue, mama memesan cumi asam manis, sementara saya dan kakak sama sama memesan ayam bakar lada hitam. Kami disuguhkan sepiring otak-otak ikan yang dibakar untuk menunggu pesanan kami datang. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan otak-otak itu. Rasanya yang gurih dan aroma ikan yang khas menjadikan otak-otak itu terasa sangat nikmat. Ditambah lagi dua pilihan sambal yang disajikan sebagai teman untuk melahap otak-otak ini. Sambal kacang dan sambal kecap, hemm.. Keduanya kami coba untuk dipasangkan dengan otak-otak ikan. Setelah sekitar 15 menit menunggu, minuman pesanan kami datang lebih dulu. Minuman-minuman yang datang tepat waktu. Ternyata setelah menyantap otak-otak lidah kami terasa terbakar terutama karena sambal kecap yang sungguh pedas.
      Kami menghabiskan waktu dengan ngobrol dan bercanda tentang masa-masa kecil aku dan kakak. Papa bercerita tentang kakak yang dulu pernah buang air besar saat di pesawat. Padahal saat itu pesawat sudah mendarat sehingga keadaan menjadi rumit dan lucu. Senyuman dan tawa papa saat itu sangat indah. Ia juga bercerita tentang saya yang dulu sama sekali tidak mengerti apa itu uang. Saya yang dulu menolak saat diberi uang, bahkan saya pernah membuang uang yang diberikan oleh bude. Papa membandingkan saya saat masih kecil dan saya yang sekarang. Dari yang tidak mau diberi uang sampai yang selalu kurang kalau diberi uang. Mama juga bercerita tentang saya yang begitu disayang kakak. Pada saat saya balita, saya pernah dirawat di Rumah Sakit karena panas tinggi (Step). Saya dirawat selama seminggu. Begitu pulang kerumah kakak tidak henti-hentinya memeluk dan mencium saya. Keadaan yang sangat bertolak belakang dengan hubungan kami saat remaja. bertengkar bertengkar dan bertengkar. Tapi untung saat itu kami sedang akur.
        Sudah bercerita lumayan lama, tapi makanan tak datang juga. Akhirnya mama memesan sepiring otak-otak lagi untuk menemani kami ngobrol. Kami melanjutkan cerita, kali ini tentang kakak yang pada masa balitanya tidak memilki rambut. Pertumbuhan rambutnya sangat lama jika dibandingkan balita-balita sebayanya. Untung saja ia menggunakan anting, sehingga orang tau dia balita wanita. Mama tertawa terpingkal-pingkal saat menceritakan itu. Sementara kakak dengan ekspresi datar menggapi cerita mama. Mama juga bercerita tentang saya yang menghabiskan 3/4 gaji papa untuk susu setiap malamnya. Saya tertawa mendengar cerita mama itu. Saya tidak berhenti minum susu saat tidur, tiap kali bangun tidur selalu teriak "maaa, cucu" hahahaha. Lucu sekali. Sampai pada suatu malam mama berusaha mengakali saya. Mungkin karena mama menganggap saya masih balita, jadi mama berpikir kalo saya tidak mengerti apa itu basi. Saat saya bangun dan meminta susu, mama membuatkan saya susu dengan takaran yang berbeda. Susu yang biasanya ditakar 5 sendok, saat itu mama takar hanya 3 sendok. Begitu jadi dan dimasukan kedalam botol, susu itu diberikan pada saya yang masih memejamkan mata. Tidak sampai tiga detik, "brak" suara botol mendarat dimeja rias. Hahahaha... Sambil melempar botol susu itu saya barkata "ma, cucu baci." Mama kaget dan berusaha memberikan susu itu ke saya lagi. Tapi saya menolak dan menangis sambil berkata "ga mau, cucu baci ma." Hahaha..... Akhirnya mama menyerah dan membuatkan saya susu yang baru. Lucu sekali cerita itu. Meskipun sudah sering diceritakan mama atau papa, tapi cerita itu selalu membuat kami tertawa terpingkal-pingkal.

bersambung...