Ngaben adalah upacara pembakaran mayat atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi).
Hari yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada hari ini, tubuh jenasah diletakkan didalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.
Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.
Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan
** Pendapat
Menurut saya budaya ini merupakan salah satu budaya yang harus dilestarikan. Karena budaya ngaben adalah salah satu budaya yang diturunkan dari para leluhur. Upacara ini juga merupakan salah satu daya tarik yang dimiliki oleh pulau dewata untuk mendatang kan turis-turis asing.
Mengenai Saya

- Erwin Bangun
- Aktif, Imajinatif, simple, jujur, namun sulit percaya dengan orang lain. saya humble untuk orang orang yg sudah mengenal saya. sedikit sulit bergaul dengan lingkungan baru. saya selalu percaya Tuhan selalu menyediakan apa yang saya butuhkan Tepat Pada Waktunya. meskipun hidup ini kejam, tapi roda kehidupan selalu berputar.
Label
- Buka Pikiran (7)
- Cerita-cerita (2)
- college (2)
- curcol (3)
- Desain (1)
- Education (6)
- Erwin's Album (3)
- Fiksi (1)
- Kata hati (part 1) (2)
- kehidupan (12)
- Kesehatan (3)
- Novel (1)
- OMK (1)
- tugas (22)
- WELCOME WORLD 2021 (1)
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi).
Hari yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada hari ini, tubuh jenasah diletakkan didalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.
Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.
Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan
** Pendapat
Menurut saya budaya ini merupakan salah satu budaya yang harus dilestarikan. Karena budaya ngaben adalah salah satu budaya yang diturunkan dari para leluhur. Upacara ini juga merupakan salah satu daya tarik yang dimiliki oleh pulau dewata untuk mendatang kan turis-turis asing.
ocw.gunadarma.ac.id
Library.gunadarma.ac.id
Linux.gunadarma.ac.id
jurnal.gunadarma.ac.id
staff.gunadarma.ac.id
Pagi ini gw ngnterin kk gw k semanan.
Gw lewat DM n nglawan arus.
Niat'y mau muter d dpan puteran komplek pertamina.
Tanpa d sadari da polisi ngeliatin d atas motor dari pospol.
Trz gw lgsg pura" brenti n kk gw, gw suru turun bakal spik"an.
Eh tetep aja d samperin ma tu 'manusia'.
SIM gw d minta.
Gw kasi.
Trz sim gw d bwa k pospol.
Yaudah, mau ga mau gw ikt k pospol.
Eh pas d pospol tu polisi bkan ngluarin surat tilang malah gaya"an bca koran.
Stay cool gt. Tai!
Hahahaha
Peot aje gaya"an.
Trz dy minta stnk.
Gw kasi.
Kta c 'peot' : km d dpan polisi brani"nya nglawan arus. tinggal d mana km?
Gw : d situ, rawa lele.
C peot : Gmna ni jd'y? Tilang ya?
Tnpa basa basi gw lgsg bilang : ya udah tilang aja, bkinin surat'y, saya buru".
C peot : tilang? Mw d tilang to d bantu ni?
Gw : tilang aja. Bkinin surat'y cepetan.
C peot : emang siap ngmbil?
Gw : nnti om saya yg ambil.
C peot : emang om km siapa?
Gw : om saya TNI.
C peot : (diem, spik"an lyat stnk n sim) yaudah ni saya bntu aja. (Stnk n sim d balikin) laen kali jgn d ulangin lg y.
Gw : makasih pa.
(B'diri. Balik badan, kluar sambil cengengesan)
Dasar polisi pengecut.
Coba kalo om gw bkan TNI. Pasti dy minta duit.
Makin geli aje gw ma polisi.
Hahahahahaa
Mental tempe!
Tidak ada seorangpun yang seperti kamu.
Yang mampu menghancurkan dan membuatku terpuruk begitu dalam.
Hingga akhirnya hanya dendam yang mampu membangkitkan dan membuat aku bertahan.
Di bawah langit ini semua akan berakhir.
Di dalam api kebencian semua akan melebur.
Dan diatas bumi ini semua terinjak tak berharga.
Semua terhapus termakan waktu.